Pages

Kamis, 27 Februari 2014

Biografi Ahmad Fuadi


ini lo si penulis buku "531" yang sinopsisnya telah saya posk, ini dia A.Fuadi yang sangat menginspiarasi para kaum Muda :)

Biografi Ahmad Fuadi

 

a-fuadi
Ahmad Fuadi lahir di Bayur, kampung kecil di pinggir Danau Maninjau tahun 1972, tidak jauh dari kampung Buya Hamka. Fuadi merantau ke Jawa mematuhi permintaan Ibunya untuk masuk sekolah agama. Di Pondok Modern Gontor dia bertemu
dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat. Gontor pula yang mengajarkan kepadanya “mantra” sederhana yang sangat kuat, man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses. Lulus kuliah Hubungan Internasional UNPAD, dia menjadi wartawan majalah Tempo. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportase di bawah bimbingan para wartawan senior Tempo. Tahun 1999, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S-2 di School of Media anad Public Affairs, George Washington University, USA. Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya –yang juga wartawan Tempo- adalah mimpi masa kecilnya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden Tempo dan wartawan Voice of America (VOA).
Berita bersejarah seperti tragedi 11 September dilaporkan mereka berdua langsung dari Pentagon, White House dan Capitol Hill. Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa Chevening Award untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Seorang scholarship hunter, Fuadi selalu bersemangat melanjutkan sekolah dengan mencari beasiswa. Sampai sekarang, Fuadi telah mendapatkan 9 beasiswa untuk belajar di luar negeri. Dia telah mendapat kesmepatan tinggal dan belajar di Kanada, Singapura, Amerika Serikat, Inggris, dan Italia. Penyuka fotografi ini pernah menjadi Dirktur Komunikasi The Nature Conservancy, sebuah NGO konservasi internasional. Kini, Fuadi sebibuk menulis, jadi pembicara dan motivator, serta membangun yayasan sosial untuk membantu pendidikan orang yang tidak mampu –Komunitas Menara.
Novel perdananya –Negeri 5 Menara- telah mendapatkan beberapa penghargaan, antara lain Nominasi Khatulistiwa Award 2010, Penulis & Buku Fiksi Terfavorit versi Anugerah Pembaca Indonesia, Buku Fiksi & Penulis Fiksi Terbaik 2011 dari Perpustakaan Nasional. Negeri 5 Menara juga telah diadaptasi ke layar lebar dengan judul yang sama, dan menjadi salah satu film terlaris tahun 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Sample text

Tak perlu pisau tajam untuk memotong kayu yang kita butuhkan adalah usaha,upaya dan kerja keras kita untuk memotong kayu sekali pun dengan "Pisau Tumpul"

Followers

Social Icons

 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates